Friday, 10 January 2014

Au Dessus De La Tour Eiffel (Up Above the Eiffel Tower)


Novel ini berkisah tentang jalinan persahabatan antara Adelfo dan Abbey yang begitu erat sampai beralih menjadi cinta. Akankah keduanya mampu untuk menerima ikatan itu?
Nihh cerita selengkapnya à
Berawal dari pertemuan keduanya seperti kebetulan yang sangat manis, Adelfo dan Abbey menjalin hubungan persahabatan. Adelfo ini adalah seorang raja sebuah negara kecil di perbatasan Jerman Timur dan Polandia. Sementara, Abbey adalah gadis yatim piatu di Negara tersebut.
Meskipun Adelfo ini adalah seorang raja, posisinya sebagai pemimpin Negara memungkinkan dan mengharuskannya untuk menempuh pendidikan yang lebih baik daripada sekolah rumahan. Ketika Adelfo melanjutkan pendidikan formalnya di Prancis selama empat tahun, dia berpisah dengan Abbey untuk sementara dan dia hanya pernah sekali pulang ke kampung halaman ketika pernikahan kakaknya di musim semi tahun pertamanya. Selama Aldefo bersekolah, posisinya diwakilkan oleh Ivan, mantan penasihatnya yang juga sekaligus mantan tukang kebunnya yang mengundurkan diri karena ingin menikahi biarawati. Ia juga kebetulan merupakan kakak lain ayah bagi sang raja. Sebagian besar hari-harinya Adelfo dihabiskan dengan belajar. Tentu saja belajar politik, budaya dan etika, kesehatan dan medis, ilmu pengetahuan alam dan teknologi. 
Sejak Adelfo di Prancis, dia selalu mengirim surat kepada gadis kecil sahabatnya yang sangat ia sayangi untuk berkomunikasi. Meski Abbey sangat sedih dan rindu, dia tetap membimbing Adelfo dengan lemah lembut dari jarak jauh. Abbey mengirimkan setiap titik cinta dan perhatian yang bisa ia curahkan melalui surat-surat dan kue kering yang diantarkan kurir istana yang khusus setiap harinya mengantar-jemput surat-surat gadis itu beserta kirimannya. Ketika Abbey berulang tahun yang kelima belas tahun, Adelfo tidak bisa pulang. Dia hanya bisa memberikan hadiah sebuah tempat minum. Ivan juga menanamkan petak-petak bunga di taman gereja untuk Abbey. Sementara, istrinya, Evelyn Roberta Forbes (mantan biarawati di gereja Abbey) juga membuatkan kue paling enak yang pernah dicicipinya yaitu krim vanilla dan sirup raspberry diantara kue spons rasa cokelat yang empuk dan ringan.
Hari-hari itu akan dikemas dengan baik, tanpa terlewat sedikit pun detailnya. Betapa Adelfo sangat mencintai rasa gusar ketika tidak sabar lagi menerima kiriman surat dari gadis mungil itu. Adelfo berharap mempunyai keinginan untuk membawa Abbey berjalan-jalan di Prancis bersamanya. Sebelum Adelfo pergi, keduanya memasukkan surat-surat pendek yang mereka kirimkan lewat merpati pos. Cerita yang dibuatkan oleh Adelfo untuk menghibur Abbey adalah cerita tentang Alice di Negeri Ajaib dan berbagai benda kecil yang mengingatkan mereka akan waktu yang mereka lalui bersama. Semua itu dimasukkan ke dalam sebuah kaleng bekas biskuit yang mereka timbun di pantai serta di tandai dengan kerang besar dan bendera kecil bewarna kuning yang bertuliskan: MILIK NEGARA, JANGAN DIGALI. Mereka juga memasangi sekelilingnya dengan selotip kuning di pancang-pancang yang di pasang di sekelilingnya. Mereka juga tidak lupa berpesan kepada anak-anak gereja dan anak-anak yang tinggal di sekitar pantai untuk menjaganya. Kaleng ini, sesuai dengan perjanjian mereka jika mereka akan membukanya ketika mereka berjumpa lagi setelah pendidikan formal Adelfo selesai.
Abbey yang dibesarkan dalam ajaran untuk sangat bersabar dengan lapang dada mencoba menenangkan dirinya dan Adelfo yang lebih kekanak-kanakan. Namun, ia tidak bisa menyangkal betapa inginnya ia bertemu dengan Adelfo secepatnya di pantai itu dengan seragam sekolahnya yang seperti seragam jenderal itu.
Ringkasan
Cinta itu memiliki kekuatan maha dahsyat. Sesuatu yang tidak mungkin bisa menjadi mungkin. Salah satu kesakralan cinta itu, ia tidak pernah memandang kasta. Garisan cinta itu sudah ditentukan yang maha kuasa.  Kerena cinta itu memiliki kekuatan, maka dua hati dengan latar belakang budaya dan karakter yang beragam bisa menyatu. Energi cinta dengan voltase tinggi itu terlihat dari kisah cinta Adelfo dan Abbey dalam novel ini. Balutan cinta-kasih dua anak manusia ini mengingatkan otak terhadap sejumlah kisah cinta tokoh dunia.    Kisah cinta dalam sejarahnya memiliki catatan tersendiri. Cinta yang mengharu biru tersebut disertai dengan catatan pilu, suka dan duka. Para pelaku cinta-kasih tersebut menjalaninya dengan lapang dada. Tidak ada keluh diantara mereka berdua. Karena hambatan dalam menggapai posisi cinta itu harus dilalui dengan perjuangan panjang. Dari sekian catatan itu, terkadang cinta menarik-ulur sampai menuju lorong kematian. Detik-detik menegangkan, hanya untuk sebuah cinta.  
             Adelfo dan Abbey, dalam novel setebal 243 halaman ini sebentuk manuskrip perjalanan cinta dengan sejuta hambatan. Sebab, pada mulanya mereka tidak pernah bercita-cita, rasa yang ada di hati akan menjadi gelora cinta. Rasa itu, pada diri Adelfo dan Abbey hanya sebatas pertemanan. Rasa yang hinggap, hanya karena kedekatan mereka sebagai sesama teman, sahabat dalam satu sekolah. Namun, lagi-lagi kesakralan cinta bisa mengubah segalanya. Rasa pertemanan itu mengajak mereka mengikatnya sebagai sepasang kekasih.  
            Perjalanan cinta kedua remaja ini tidak sedatar yang kita bayangkan. Seorang Adelfo, yang masih berdarah biru sulit ditembus rasa cinta Abbey, keturunan orang biasa. Meski hati mereka menyatakan tiada perbedaan dalam membagun cinta kasih, namun kodrat budaya sulit dimentahkan begitu saja. Abbey menyadari kondisi dirinya. Sehingga, saat pertama kali Adelfo menyatakan rasa cintanya, Abbey menolak. Penolakan itu bukan berarti dia tidak sayang Adelfo. Tetapi, karena cinta yang ada dalam diri Abbey sudah mendarah daging. Cinta adalah berkorban. Abbey rela mengorbannya perasaannya demi untuk menjaga citra sanga Pengeran, Adelfo.
  
Ditolak oleh orang yang dicintai, Adelfo tidak kalut. Dia menyadari, penolakan itu adalah bagian dari cintanya. Dia menahan diri. Sampai akhirnya, ketinggian menara Eifell kota Paris Prancis menjadi saksi penting ikata cintanya. Di kota itulah, saat kedua sejoli ini sama-sama melanjutkan pendidikan bisa lebih memahami perbedaan yang dimiliki. Abbey menolak ka
rena merasa cinta kepada Adelfo. Dan Adelfo bersikukuh mendapatkan hati kekasihnya, karena cinta tak pernah memandag kasta.    Perjuangan kuat dan panjang Adelfo dan Abbey ini berbuah manis. Adelfo bisa mendapatkan cinta kekasihnya. Demikian sebaliknya, Abbey merasa nyaman dengan kehadiran Adelfo dalam hidupnya. Pada akhirnya, mereka bisa menikmati keindahan kota Paris dengan perasaan cinta sepasang kekasih.

Je t’aime, Abbey!! ♥ (di bawah La tour Eiffel)
# ẄǺǟẅ…TresRomantiques


1 comment:

  1. Hai!
    Terima kasih untuk review-nya :)
    Kalau tertarik untuk membaca prekuel Au-dessus de la Tour Eiffel, bisa lihat review-nya di sini https://www.goodreads.com/book/show/13311169-down-the-little-abbey :)

    ReplyDelete