Friday, 29 November 2013

Pianist Unipdu Berbakat


Bagi kebanyakan orang bermain piano adalah suatu yang sulit. Tapi tidak bagi sosok mahasiswa jurusan D3 Keperawatan ini. Dia terlihat sangat mahir memainkan deretan tuts piano. Pemilik nama asli Mokhamad Dafid Andianto ini adalah satu-satunya pianist mahasiswa di Unipdu.
Sejak masih duduk di bangku sekolah TK, mahasiswa asal Mojokerto ini sudah mulai belajar alat musik piano secara otodidak. Ketika beranjak dewasa, dia sudah mulai mahir dalam memainkan tuts-tuts piano. Hal ini dibuktikan dengan seringnya tampil di berbagai acara sejak SMP sampai sekarang.
Kelihaiannya dalam bermain piano sudah tidak perlu diragukan lagi. Dia bahkan pernah tampil di event-event besar diantaranya pada acara pameran buku terbesar se-Jatim di JCC Surabaya, di TVRI Surabaya, di TV 9 Surabaya, di acara RAKORNAS LKNN se-Indonesia, di acara seminar-seminar nasional di Unipdu, di acara Open House Lesehan Prancis Unipdu dan di acara upacara peringatan sumpah pemuda dan hari pahlawan di PEMDA Jombang.
Bagi Dafid, panggilan akrabnya, bermain piano adalah untuk membuktikan kalau dirinya pantas masuk ke dalam dunia musik. Karakternya yang pantang menyerah, percaya dan berani, dan percaya diri telah membimbingnya membentuk grup musik La Tahzan dan CAMDIA.
Selain mahir dalam bermain piano, Mahasiswa kelahiran Mojokerto 15 September 1992 ini juga aktif di organisasi intra kampus diantaranya BEM FIK, HIMA, UKM PSM, dan PIK (Pusat Informasi dan Konseling) remaja dibawah naungan BKKBN.
Dengan modal keyakinan, kesabaran, usaha dan do’a, dia pernah mendapatkan juara 3 dalam Olimpiade Mahasiswa Perawat se-Jatim (Nurse Vaganza). Bagi Dafid kegagalan adalah tahapan untuk masuk ke dalam kesuksesan.”Tidak ada keberhasilan seperti membuka pintu dan menemukan apa yang kita mau dibalik pintu itu, keberhasilan itu harus dimulai dari kegagalan, karena kegagalan adalah permulaan dari suatu kesuksesan,” ujarnya.

 (Red: Efi Lisfaati semester V FBS, S1 Sastra Inggris)




Unipdu Adakan Pelatihan dan Pembinaan Mahasiswa (P2M) Bidang Kemahasiswaan


Jombang – Unipdu mengadakan acara pelatihan dan pembinaan mahasiswa (P2M) bidang kemahasiswaan di Meeting Room II, Minggu (24/11). Acara ini diselenggarakan pada tanggal 24-28 November 2013 pukul 09.00 WIB. Acara ini diikuti oleh 80 mahasiswa aktivis yang meliputi BEM universitas, perwakilan dari BEM fakultas dan perwakilan dari UKM yang ada di Unipdu. Prof. Dr. Ahmad Zahro, MA, Drs.H.M.Zaimuddin W.As’ad, MS, DR.H.Isrofil Amar, M.Ag, dan dekan-dekan tiap fakultas turut hadir dalam acara pembukaan pelatihan ini.

Pelatihan ini adalah yang perdana dilakukan di Unipdu dan diharapkan dapat menjadi agenda rutin universitas. “Acara ini diharapkan menjadi agenda tahunan di Unipdu,” ujar Bakri Ilyas, S.Pd.I, Kepala Biro Kemahasiswaan Unipdu.

Dalam sambutannya, rektor Unipdu, Prof.Dr.KH.Ahmad Zahro, MA, mengatakan bahwa eksistensi bangsa-bangsa di dunia ini tergantung pada akhlaknya, begitu juga sebaliknya, jika akhlaknya hancur, maka hancurlah bangsa itu. “Pembatasan etika di Unipdu tidak akan sampai mengekang kreativitas mahasiswa”, tegas Rektor Unipdu.

“Acara ini bagus untuk mahasiswa karena kita tidak hanya mendapatkan materi tentang kemahasiwaan dalam berorganisasi tetapi juga mendapatkan materi tentang keindonesiaan dan etika dalam islam” kata Nur Silla Dewi, mahasiswi prodi Pendidikan Agama Islam.

“Kita bisa mengambil setiap point yang disampaikan oleh pimpinan, merealisasikan sesuai dengan sikap akomodatif kita terhadap materi yang disampaikan dan mempunyai jiwa kepemimpinan dalam organisasi besar yang kita emban,” lanjutnya.

(Red: Efi Lisfaati semester V FBS, S1 SASTRA INGGRIS)




Saturday, 16 November 2013

Yusuf, Potret Keuletan Pedagang Pentol Cilok

Siang itu pukul 13.20 WIB. Dari kejauhan nampak gerobak berwarna coklat bergerak di jalan sekitar Fakultas Bahasa dan Sastra Unipdu. Seorang laki-laki bertubuh agak gemuk dengan hanya memakai celana jeans panjang dan kaos model polo melenggang dari arah barat. Tak lama kemudian dia merapatkan gerobak berisi dagangan es dan pentol ciloknya di depan Fakultas Bahasa dan Sastra Unipdu. Dengan cekatan Pak Yusuf, begitu dia akrab disapa, mulai menata dagangan yang telah ia dan istrinya persiapkan dari rumah.
Mulanya Pak Yusuf, yang asli kelahiran Wonosari, Peterongan Jombang, berjualan es kacang hijau pada tahun 1996. Beberapa tahun kemudian, dia menambah barang dagangannya dengan pentol cilok dengan menggunakan gerobak sepeda. Pada saat itu, modal awal dia hanya Rp 350.000,-. Menjelang shubuh, istri Pak Yusuf sudah mulai mengolah bahan-bahan pentol dan es. Sementara pak Yusuf mengurusi anak-anak mereka sebelum berangkat ke sekolah. Setelah selesai membuat pentol dan es, sang istri langsung berangkat kerja di salah satu perusahaan sepatu di Jombang. Kemudian pak Yusuf mengantarkan ketiga anak-anaknya ke sekolah.
Pak Yusuf mulai menajajakan es dan pentol cilok pukul 08.00 WIB di sekitar SMA Darul ‘Ulum 1 Unggulan BPPT. Di siang harinya, dia berjualan keliling di sekitar Islamic Center Unipdu, kemudian dilanjut berjualan keliling melewati Kampus Utama Plaza Unipdu dan Fakultas Bahasa dan Sastra.
Selama berjualan di banyak tempat, hanya ketika di Islamic Center Unipdu inilah ia merasakan es dan pentol buatannya laris diburu pelanggan. Mulai dari siswa-siswi SMP/MTs/SMA, mahasiswa sampai dengan pengunjung Islamic Center.
Perjuangan Pak Yusuf untuk bertahan hidup adalah sesuatu yang layak untuk ditiru. Dalam berjualan dia berusaha untuk jujur dan sedapat mungkin dapat membantu orang lain yang sedang mendapat kesusahan. Menurutnya yang terpenting bukan semata-mata dirinya, tetapi anak-anaknya. Bagaimana ia dan keluarganya harus dapat tetap bertahan hidup berapapun hasil berjualan yang ia peroleh. Dari berjualan dia memperoleh penghasilan antara Rp 30.000 sampai dengan Rp 40.000 setiap hari, tergantung pada pelanggan dan kondisi cuaca. Apabila kondisi cuaca tidak mendukung (hujan), maka jarang ada yang beli jualannya. ( Red : Efi )

Asyiknya belajar Bahasa Prancis ♥♥♥

Bonjour a tous ^^


Mencoba sesuatu yang baru, apalagi mempelajari sesuatu yang asing tentu sangat menyenangkan. Apalagi kalau sesuatu yang asing itu adalah Bahasa Prancis.

Sudah bukan rahasia kalau Prancis adalah salah satu Negara terindah dan teromantis sedunia. Karena itu, tidak sedikit orang Indonesia yang belajar atau setidaknya berwisata di Prancis untuk mengagumi budaya dan peradabannya.

Bahasa Prancis itu mudah gaaiiisss !!!

Kata Orang, “Bahasa perancis itu ribet, ruwet, susah «« kalo mindsetnya begini ya bakalan susah terus & gak bisa2 nanti “-_-
Bahasa Perancis itu seru, asik, romantis, keren dan menyenangkan banget koQ «« harusnya mindsetnya begini gaaiisss…jd belajarnya seneng ( ˙˙)/ \(˙˙ ) 

Ukeeehh!! back my story before I love French yeaahhh ^^ ««
            Kala aku gagal menembus Perguruan tinggi negeri jurusan pariwisata dan ekonomi kegemaranku, aku langsung mencoba di Perguruan Tinggi Swasta dan diterima di Perguruan tersebut. Pada saat itu, aku ambil jurusan yang tidak aku minati sama sekali yaitu jurusan Bahasa dan Sastra Inggris. Awal pertama masuk di Fakultas Bahasa dan Sastra, aku pengen pindah ke SHS (Surabaya Hotel School). Tapi keinginanku untuk pindah ke universitas lain pun pupus sudah karena tidak dapat izin dari orang tua. Sediiihh sih iyaaahh…tapi mau gimana lagi ! -_- aku harus menuruti kemauan orang tua untuk tidak pindah.
            Tak lama kemudian di semester 2, aku nggak tahu kalau di jurusan Bahasa dan Sastra Inggris ada Bahasa Prancis juga. Huuuuhhh ! mendengar seperti itu, aku langsung mulai tertarik dengan Bahasa itu dan tidak ingin pindah dari universitas tersebut.
            Tapi sejujurnya, aku tidak tahu apapun tentang Bahasa Prancis itu. Yang kutahu mata kuliah Bahasa Prancis pastilah tidak sesulit matematika dan kimia. Tapi aku salah besaaaarrr…!!!
 (˘⌣˘ >ԅ( ˘⌣ƪ) 
            Kala perkenalanku dengan Bahasa Prancis disaat menginjak semester 3. Di semester 2, aku sudah mulai belajar Bahasa Prancis dengan cara otodidak, belajar dari teman, mulai membeli kamus Bahasa Prancis dan buku percakapan Bahasa Prancis juga. Semenjak itu, aku sudah punya bekal Bahasa Prancis walaupun sedikit.
          Kala menginjak semester 3, aku sangat bersemangat ketika ada mata kuliah Bahasa Prancis dimulai. Pada waktu itu, Mme.Afifah yang mengajar Bahasa Prancis dengan asyik dan menyenangkan. Semua teman-teman pada antusias dan penasaran pada bahasa tersebut. Tetapi ada juga yang mengeluh pada mata kuliah ini.
Hhhм̲̅м̲̅м̲̅м̲̅м̲̅ …dimana susahnya sih Bahasa Prancis??? ( ˘̶̀• ̯•˘̶́")  Tanya mereka yang penasaran…
1.      Bahasa Prancis itu bahasa yang logis, bagi mereka yang tidak terbiasa dengan pikiran logis akan sangat sulit tuk mempelajarinya.
2.      Bahasa Prancis itu berbeda, yaa tulisannya begini tetapi bacanya begitu.
3.      Bahasa Prancis itu rumit dalam segi tata bahasanya, tapi sangat logis. (lihat no.1 diatas)
4.      Bahasa Prancis itu indah dan biasanya tuk mendapatkan yang indah itu memang tidak mudah…Heheheh(ˆ⌣ˆ)
5.      Bahasa itu jika tidak digunakan maka akan menguap, jadi biar sudah jago tapi tidak sering dipraktikan maka akan hilang dengan sendirinya. Betuulll nggak gaaiiisss !! hehehe
Menurut mereka, Bahasa Prancis adalah neraka bagi mereka yang menganggapnya remeh. Ya, tidak mudah belajar Bahasa Prancis, karena bahasa itu sangat berbeda dengan bahasa lainnya apalagi bahasa ibu kita, Bahasa Indonesia. Meskipun dari beberapa hal ada kemiripan dengannya. Memang, belajar Bahasa Prancis diperlukan kerja keras ekstra untuk bisa memahaminya dan berbicara. Temanku saja yang sudah mahir bahasa itu tetap saja suka bingung jika ada orang Prancis yang bicaranya terlalu cepat dan juga suka bingung dengan tulisannya yang super duper rumit itu…ya jika memang niat, maka pasti ada jalan. I believe it ^^.
Ketika selesai UTS di semester 3, ada acara Open House Lesehan Prancis yang bertempat di Graha Unipdu. Pada waktu itu, aku dan Ida Rukmana (My best friend) disuruh tampil untuk menyanyikan lagu Prancis. Menurutku, itu adalah kesempatan yang bagus dan tantangan buatku. Tiba hari Open House, aku dan dia tampil dengan memakai baju serba biru karena melambangkan warna bendera Prancis. Saat itu, kita membawakan lagu “Tentang Kita” (mix Indo and French) by Terry and Julian Cely, “Je ne sais pas” (I don’t know) by Joyce Jonathan, “Ces Mots Stupides” by Albin, dll.

TARAAAA…inilaaahh penampilan kita setelah manggung…tres belleeeee yakkk…\(◦ˆ⌣ˆ◦)/ hhhehehe 
Bagaimana menurut andaaa??? Belleee smuaa kannn…Feminin bingiiidd hehehehh

The next day ««
            Awal dari setelah manggung di acara Open House Lesehan Prancis, aku mulai seneng nyanyi lagu Prancis dan hampir tiap hari aku mulai mendengarkan lagu-lagu Prancis seperti lagunya Lara Fabian, Joyce Jonathan, Carla Burni, dll. Tapi entah kenapa, aku tiba-tiba sangat mengagumi Lara Fabian pemilik suara emas ini. Pertama mendengarkan lagunya Lara Fabian langsung tergila-gila pada suaranya # Jjjji̶̲̅i̶̲̅a̶̲̥̅h̶̲̅   ngetz deh pokoknya ˘)ε˘ ). 
Ada beberapa Lagu yang aku suka dari Lara Fabian diantaranya “Je suis malade” (aku sakit/lelah), “Je me souviens” (I remember), “Je suis Mon Coeur”, “J’y crois encore”, “I guess I love you”, dll.
The next months ««
Di semester 4, aku mulai merasakan ada yang hilang..yang pastinya sudah tidak ada lagi mata kuliah Bahasa Prancis. HmMmm… ꪪªññĜёΠη ma Bahasa Prancis (́_̀). Meskipun udah tidak ada lagi, tapi aku masih suka Bahasa itu #J’aime L’Francais ♥.
Menginjak semester 5, di awal bulan November kemarin, Lesehan Prancis mengadakan Kelas perkenalan Bahasa Prancis Perdana di Graha Unipdu. Mendengar ada pemberitahuan dari salah satu teman anak Pendidikan Bahasa Inggris, aku langsung menanggapi tentang Kelas perkenalan Bahasa Prancis itu.
Kesesokan harinya, aku mulai ikut kelas perkenalan Bahasa Prancis bersama teman-teman sekelasku. Pada saat awal masuk kelas, langsung disambut dengan lagu Prancis “Ces Petits Riens” by Stacey Kent. Saatnya tiba kelas perkenalan Bahasa Prancis dimulai, disambut langsung oleh Mademoiselle Anna (pengajar bahasa Prancis) lulusan dari UNBRAW Malang.
Ni gaaiiiiss..foto ketika kelas perkenalan Bahasa Prancis dimulai ^^..

Kala itu, aku mendapatkan souvenir dari Lesehan Prancis lhooo gaaiiiiisss… ♥̃⌣̃♥ 
Berupaa iniii..niiiih -->




Menyenangkan sekali kaannnn…makanya sering-sering maju speak French yaakkkk !! biaaarr dapat souvenir. hhehehe
Setelah 1 jam belajar Bahasa Prancis, aku dan teman-teman ke Lesehan Prancis gaaiiiss…liad pemutaran film Prancis yang judulnya “Le Petit Nicholas”. Tahu ga film ituuu??? Hhehehe…
Seriuuss amad yakkk..! ngeliadnya… Wªkªkªkªkª



hMmm…jadi yang pengen belajar bahasa Prancis dan pengen konsultasi studi S2 dan S3 ke Prancis…buruannn deh langsung datang kesana!! #Promosi dikiittt hhehehe


Friday, 15 November 2013

Kritik Drama A Doll’s House by Henrik Ibsen


Drama a doll’s house adalah salah satu drama yang paling terkenal diseluruh dunia dan dianggap paling menuai kontroversi. Drama ini ditulis pada tahun 1879 dan dikenal di Indonesia dengan judul “Rumah Boneka”. A doll’s house menyajikan kritik tak henti-hentinya tentang masyarakat, kemunafikan, ketidaksetaraan dalam hubungan berdasarkan gender, manipulasi, dan banyak pertanyaan dasar tentang nilai-nilai social. Kritik ibsen masih relevan dengan realita di Indonesia saat ini. Pengalaman Nora sehari-hari dalam pernikahannya adalah pengalaman yang dialami seluruh perempuan di Indonesia dalam berbagai bentuk dan tingkat.
Drama ini bisa dianalisis dengan menggunakan pendekatan teori feminism yang dipelopori oleh Charles Fourier pada tahun 1837. Feminism ini merupakan gerakan yang menyuarakan ketidakadilan dan ketidaksetaraan peran antara laki-laki dan perempuan. Yang memicu adanya gerakan feminism adalah adanya penekanan pada wanita dan tradisi yang menjadikan wanita sebagai pihak yang dikalahkan. Teori feminism dimaksudkan untuk memahami ketidaksetaraan dan difokuskan pada politik, gender, hubungan kekuasaan, dan seksualitas.
Pendekatan feminism ini terjadi pada tokoh utama yaitu Nora. Dia digambarkan sebagai wanita yang mandiri dan bisa mengambil keputusan untuk mencari jati dirinya dengan meninggalkan suami dan anak-anaknya demi mencari apa yang ia inginkan. Sebagai seorang wanita harusnya diperlakukan sejajar dengan kedudukan laki-laki. Nora merasa hidupnya seperti pengemis dirumah suaminya dan dia mengatakan bahwa suaminya itu egois. Dia berpikir bahwa suaminya tidak mencintainya tapi semata-mata karena kepuasan jatuh cinta kepadanya. Dalam hidupnya, Nora dikekang kebebasannya oleh ayahnya dan suaminya. Nora dianggap oleh mereka sebagai boneka mainan.


Tokoh utama ini didukung oleh gerakan feminisme karena feminisme selalu menganjurkan perempuan untuk mengembangkan dirinya terlebih dahulu sebelum menikah. Wanita diperbolehkan untuk mencari ilmu setinggi-tingginya mungkin agar mampu mandiri tanpa harus menggantungkan hidupnya pada orang lain dan sanggup mencapai kedudukan yang setingkat dengan kedudukan laki-laki dalam masyarakat.

Biografi Henrik Ibsen



Henrik Ibsen Johan (1828-1906), lahir di Skien, Norwegia, adalah anak tertua dari lima bersaudara setelah kematian dini kakaknya. Ayahnya, Knud Ibsen, lahir pada tahun 1797 di Skien dan dia adalah keturunan seorang kapten laut. Knud Ibsen ini telah menikah Marichen Cornelia Martie Altenburg, putri seorang pedagang Jerman, pada tahun 1825. Pada waktu itu, Henrik Ibsen digambarkan sebagai anak yang tidak suka bersosialisasi. Rasa isolasi meningkat pada usia enam belas tahun ketika bisnis ayahnya harus dijual untuk memenuhi tuntutan kreditur. Di sisi lain, rumor mulai beredar bahwa Henrik adalah anak haram dari pria lain. Meskipun gosip itu tidak pernah terbukti benar, itu terwujud dalam tema keturunan sah yang berjalan di seluruh karya-karya Ibsen nanti.
Setelah bisnis Knud diambil alih, semua yang tersisa adalah rumah pertanian di pinggiran gulungan. Di sanalah Ibsen kecil mulai diberi bakat untuk melukis. Dia juga belajar bahasa Jerman dan Latin serta menggambar. Meskipun ia berminat untuk menjadi seorang pelukis, tapi Ibsen magang di apotek lama sebelum ulang tahunnya yang keenam belas.
Meninggalkan keluarganya, Ibsen pergi ke Grimstad, sebuah kota kecil yang terisolasi, untuk memulai magang. Dia mempertahankan keinginan yang kuat untuk mendapatkan masuk ke universitas untuk belajar kedokteran. Meskipun banyak bahagia nya, Ibsen mulai menulis dengan sungguh-sungguh di Grimstad. Terinspirasi oleh revolusi Eropa 1848, Ibsen menulis satir dan puisi elegan.
Pada usia dua puluh satu, Ibsen meninggalkan Grimstad ke ibukota. Sementara di Christiania (sekarang Oslo), Ibsen lolos ujian, tetapi memilih untuk tidak melanjutkan pendidikannya, bukan beralih ke penulisan drama dan jurnalisme. Di Christiania ia menulis drama pertamanya, Catiline (1849), yang ditulis dalam ayat kosong tentang kegagalan konspirasi Catiline melawan Roma kuno pada zaman Cicero. Ibsen juga menghabiskan waktunya untuk menganalisis dan mengkritik sastra Norwegia modern.
Pada tahun 1851, Ibsen dengan senang hati menerima kontrak menulis dan membantu mengelola Teater Nasional yang baru dibentuk di Bergen. Pada saat itulah, dia belajar banyak dari waktunya di teater dan menghasilkan karya-karya seperti St. John's Night (1852). Mayoritas tulisannya dari periode ini didasarkan pada folksongs, cerita rakyat, dan sejarah. Pada tahun 1858, Ibsen pindah kembali ke Christiania untuk menjadi direktur kreatif dari kota Norwegia Theater. Pada tahun yang sama, Ibsen menikahi Suzannah Thoresen.
Ibsen pernah menemukan hidupnya yang sulit dalam karyanya beberapa drama, termasuk Love's Comedy (1862), A Doll House (1879) dalam perbedaan antara cinta dan pernikahan. Untungnya, pada tahun 1864, teman-temannya murah hati menawarkan uang kepadanya bahwa mereka telah dikumpulkan, memungkinkan dia untuk pindah ke Italia. Dia merasa seperti orang buangan. Dia akan menghabiskan dua puluh tujuh tahun ke depan tinggal di Italia dan Jerman. Selama di luar negeri, ia menulis sejumlah karya yang sukses, termasuk Brand (1866) dan Peer Gynt (1867), keduanya (signifikan) ditulis untuk dibaca daripada diterbitkan.
Ibsen pindah ke Dresden pada 1868 dan kemudian ke Munich pada tahun 1875. Di Munich pada tahun 1879, Ibsen menulis drama yang inovatif, A Doll House. Ia mengejar minatnya dalam drama realistis untuk dekade berikutnya, mendapatkan pengakuan internasional, banyak dari karya-karyanya diterbitkan dalam terjemahan dan dilakukan di seluruh Eropa.
Ibsen akhirnya beralih pada gaya baru penulisan, meninggalkan minatnya dalam realisme untuk serangkaian yang disebut drama simbolik. Ia menyelesaikan karya terakhirnya, Hedda Gabler, di luar negeri pada tahun 1890.
Setelah berada jauh dari Norwegia selama dua puluh tujuh tahun, Ibsen dan Suzannah kembali pada tahun 1891. Tak lama setelah itu, ia selesai menulis The Master Builder (1892), setelah itu ia istirahat sejenak. Pada akhir 1893, Suzannah berangkat ke Italia selatan. Sementara istrinya sedang pergi, Ibsen menemukan pendamping dalam pianis perempuan muda, Hildur Andersen. Ibsen terus berhubungan dengan dia bahkan setelah kembali Suzannah itu . Hubungan Ibsen dengan Andersen adalah karakteristik dari minatnya lebih besar pada generasi muda, ia terkenal untuk mencari ide-ide mereka dan mendorong tulisan mereka.

Thursday, 14 November 2013

A Doll’s House by Henrik Ibsen


A Doll’s House adalah salah satu karya yang paling terkenal dan dianggap paling menuai kontroversi. Drama ini ditulis pada tahun 1879 dan dikenal di Indonesia dengan judul Rumah Boneka. Selain itu, drama ini dianggap sebagai drama fenimisme pertama di dunia barat.

A Doll’s House

Pada waktu itu, Nora datang dengan membawa beberapa paket ke rumah Helmer. Terdengar istrinya datang, Torvald Helmer, suami Nora, keluar dari ruang kerjanya. Ia menyapa dengan penuh kasih sayang dan bercanda. Disela-sela bercanda, Helmer mencerca Nora karena menghabiskan begitu banyak uang pada hadiah Natal. Percakapan mereka mengungkapkan bahwa Helmers harus berhati-hati dengan uang selama bertahun-tahun, namun dia yang baru saja memperoleh posisi baru di bank tempat dia bekerja yang akan membelinya gaya hidup yang lebih nyaman.
Helene, pembantu Nora dan Helmer, memberitahukan kepada mereka bahwa sahabat Helmer, Dr Hank telah datang untuk mengunjungi. Pada saat yang sama, pengunjung lain telah tiba dan tidak diketahui oleh pembantunya. Pengunjung lain tersebut adalah Kristine Linde, teman lama sekolah Nora yang masuk ke dalam ruangan. Kedua belum melihat satu sama lain selama bertahun-tahun, tapi Nora sudah mengetahui bahwa suami Mrs Linde meninggal beberapa tahun sebelumnya. Nyonya Linde mengatakan kepada Nora bahwa ketika suaminya meninggal, dia tak punya uang dan tidak punya anak. Nora menjelaskan bahwa mereka sangat miskin dan keduanya harus bekerja berjam-jam dan Helmer jatuh sakit. Akhirnya mereka  harus melakukan perjalanan ke Italia agar Helmer bisa pulih kembali.
Nora bertanya lebih jauh tentang kehidupan Mrs Linde, dan Mrs Linde menjelaskan bahwa selama bertahun-tahun ia harus merawat ibunya yang sakit dan dua adik laki-lakinya. Dia menyatakan bahwa ibunya telah meninggal. Nyonya Linde mengatakan kepada Nora bahwa ia merasa hampa karena dia tidak memiliki pekerjaan. Dia berharap bahwa Helmer mungkin dapat membantunya mendapatkan pekerjaan. Nora berjanji untuk berbicara dengan Helmer.
Suatu hari, Nora meminjam uang kepada Krogstad untuk pergi ke Italia dengan Helmer.Dia mengatakan kepada Helmer bahwa uang itu datang dari ayahnya. Selama bertahun-tahun, Nora mengungkapkan bahwa dia telah bekerja dan menyimpan uang secara rahasia, perlahan-lahan membayar utang, dan segera akan dilunasi.
Krogstad, seorang karyawan biasa di bank milik Helmer. Nora bereaksi gelisah kehadiran Krogstad, dan Dr Rank yang mengatakan bahwa Krogstad adalah "moral sakit. " Begitu dia selesai pertemuan dengan Krogstad, Helmer datang ke ruang tamu dan mengatakan bahwa ia mungkin bisa menempatkan Nyonya Linde di bank. Dr Rank, Helmer, dan Nyonya Linde kemudian berangkat dan meninggalkan Nora sendiri. Anak Nora kembali dengan pengasuh anak mereka, Anne - Marie, dan Nora bermain dengan mereka sampai dia melihat kehadiran Krogstad dalam ruangan. Kedua Kebalikannya, Krogstad adalah menjadi sumber rahasia pinjaman Nora.
Krogstad menyatakan bahwa Helmer ingin memecatnya dari jabatannya di bank dan menyinggung reputasi buruk sendiri. Dia meminta Nora untuk menggunakan pengaruhnya untuk memastikan bahwa posisinya tetap aman. Ketika dia menolak Krogstad bahwa ia memiliki kontrak miliknya yang berisi pemalsuan Nora tanda tangan ayahnya. Krogstad memeras Nora, mengancam untuk mengungkapkan kejahatan dan membawa aib Nora dan suaminya jika dia tidak mencegah Helmer dari pemecatannya. Kemudian Nora mencoba untuk meyakinkan dia untuk tidak memecat Krogstad.
Pada hari berikutnya, Natal. Nora sendirian berjalan menuju ruang tamunya dan penuh dengan kecemasan. Nyonya Linde tiba dan membantu menjahit kostum bola Nora untuk hadir di rumah tetangganya malam berikutnya. Nora memberitahu kepada Nyonya Linde bahwa Dr Rank memiliki penyakit fana yang dia warisi dari ayahnya. Perilaku yang mencurigakan Nora mengarah Nyonya Linde untuk menebak bahwa Dr Rank adalah sumber pinjaman Nora. Nora membantah tuduhan Mrs Linde namun menolak untuk mengungkapkan sumber kesedihannya. Helmer datang dan Nora memohonnya untuk tidak memecat Krogstad, tapi Helmer tetap menolak. Ketika Nora menekan, dia mengakui bahwa perilaku moral Krogstad adalah tidak semua yang mengganggu dia – Helmer tidak suka Krogstad karena sikapnya terlalu akrab. Helmer dan Nora berdebat sampai Helmer menyuruh pembantunya untuk memberikan surat Krogstad tentang pemecatan.
Helmer pergi. Kemudian Dr Rank tiba dan memberitahu Nora bahwa ia tahu dekat dengan kematian. Dr Rank mencoba untuk menghiburnya dan mulai menggoda dengan dia. Dia tampaknya mempersiapkan untuk meminta dia untuk campur tangan atas namanya dalam perjuangannya dengan Helmer. Tiba-tiba, Dr Rank mengungkapkan kepada Nora bahwa ia jatuh cinta padanya, tetapi Nora menolak untuk meminta Dr Rank untuk apa pun.
Setelah Dr Rank, Krogstad tiba dan menuntut penjelasan atas pemecatannya. Dia ingin kehormatan dan telah mengubah hal pemerasan: dia sekarang bersikeras untuk Nora yang tidak hanya bahwa ia dipekerjakan kembali di bank tetapi ia dipekerjakan kembali pada posisi lebih tinggi. Dia kemudian menempatkan surat utang Nora dan pemalsuan dalam surat Helmer. Dalam kepanikan, Nora memberitahu Nyonya Linde tentang segalanya dan Nora menginstruksikan Nyonya Linde untuk menunda Helmer membuka surat itu selama mungkin sementara dia pergi untuk berbicara dengan Krogstad. Dalam rangka untuk mengalihkan perhatian Helmer dari surat, Nora mulai berlatih tarantella. Dia akan tampil di pesta kostum malam itu. Dalam keadaan emosional gelisah, dia menari liar dan keras dan tidak menyenangkan Helmer. Nora berhasil membuat janji Helmer untuk tidak membuka surat sampai setelah dia tampil di pesta. Nyonya Linde segera kembali dan mengatakan bahwa dia telah meninggalkan catatan Krogstad tetapi bahwa ia akan pergi sampai malam berikutnya.
Malam berikutnya, sebagai pesta kostum berlangsung di lantai atas, Krogstad bertemu Nyonya Linde di ruang tamu Helmers. Percakapan mereka mengungkapkan bahwa kedua dulu pernah sangat cinta, tapi Nyonya Linde meninggalkan Krogstad untuk seorang pria kaya yang akan memungkinkan dia untuk menghidupi keluarganya. Dia mengatakan kepada Krogstad bahwa sekarang ia bebas dari kewajiban keluarga sendiri dan keinginan untuk bersama Krogstad dan perawatan bagi anak-anaknya. Krogstad sangat gembira dan mengatakan ia akan menuntut suratnya kembali sebelum Helmer dapat membacanya dan mempelajari rahasia Nora. Nyonya Linde, bagaimanapun, menegaskan ia meninggalkan surat itu, karena dia percaya Helmer dan Nora akan lebih baik setelah kebenaran telah terungkap.
Segera setelah keberangkatan Krogstad itu, Nora dan Helmer masuk, kembali dari kostum bola. Dr Rank juga di dalam pesta tersebut juga mengucapkan selamat malam. Setelah Dr Rank pergi, Helmer menemukan dalam bukunya kartu kunjungan Dr Rank, masing-masing dengan salib hitam di atas nama. Nora mengetahui kartu Dr Rank itu merupakan pengumuman bahwa ia akan segera meninggal, dan dia menginformasikan Helmer dari fakta ini. Dia kemudian menegaskan bahwa Helmer telah membaca surat Krogstad itu.
Helmer membaca surat itu dan marah. Dia menyebut Nora munafik dan pembohong dan mengeluh bahwa dia telah merusak kebahagiaannya. Dia menyatakan bahwa dia tidak akan diizinkan untuk membesarkan anak-anak mereka. Helene (pembantu Nora dan Helmer) kemudian membawa surat. Helmer membukanya dan menemukan bahwa Krogstad telah kembali kontrak Nora (yang berisi tanda tangan palsu). Helmer mencoba untuk mengabaikan penghinaan masa lalunya, tapi kata-kata yang keras itu telah memicu sesuatu dalam Nora. Dia menyatakan bahwa meskipun delapan tahun pernikahan mereka, mereka tidak mengerti satu sama lain. Helmer menegaskan Nora bahwa dia telah memperlakukannya seperti "boneka" untuk dimainkan dan dikagumi. Dia memutuskan untuk meninggalkan Helmer.